THE POWER OF LOVE
Life to Love People and With Love We Can Live

Jangan Ragu Dengan Kebaikan

Sesungguhnya, salahsatu tujuan utama Allah swt dalam penciptaan manusia ialah menjadi 'abd dan menjadi khalifah. Menjadi seorang 'abd, hamba yang senantiasa taat dan patuh pada syari'at Nya, dan menjadi khalifah yang menjaga syi'ar-syi'arnya dan menjaga manusia agar tetap dalam koridor fitrahnya. Namun, sebagai makhluk hidup, pastinya setiap manusia akan mengalami berbagai dinamika kehidupan. Diantaranya adalah menemukan rasa ragu dan takut. Yang menjadi masalah, rasa ragu dan takut ini kerap muncul ketika kita ingin memulai atau melakukan suatu kebaikan namun masih sendiri atau ingin mencoba hal-hal baru agar diri kita belajar namun gengsi dengan kemampuan sendiri. Masalah ragu-ragu, Allah swt memerintahkan kita untuk meninggalkannya. Tapi jelas Allah pun memerintahkan kita untuk menyebarkan benih-benih kebaikan. Pada hakikatnya rasa takut dan keragu-raguan dalam mengerjakan kebaikan muncul dari syaithan yang Allah firmankan dalam surat Al Araf ayat 16 yang artinya "Iblis menjawab: "Karena Engkau telah menghukum saya tersesat, saya benar-benar akan (menghalang-halangi) mereka dari jalan Engkau yang lurus."

Namun, Allah swt memberikan berbagai contoh nyata kepada kita sekalian bagaimana orang-orang mulia sebelum kita Allah kurniakan keteguhan iman karena kesungguhan mereka dalam menegakkan kebaikan. Diantara orang-orang mulia yang Allah berikan nikmat tersebut adalah abul anbiya Nabi Ibrahim As dan sahabat mulia Abu Hurairah Ra.

Bermula ketika Nabi Ibrahim Alaihi Salam mendapat wahyu yang mengakhiri pencariannya terhadap Tuhannya, Allah swt memberikan wahyu yang menguatkan keimanannya pada keesaan Allah swt. Namun, perjalanannya dalam mencari kebenaran justru memasuki babak baru, ia diuji dengan tugas baru, menjadi seorang dai untuk menyebarkan risalah yang Allah turunkan kepada kaumnya yang pada saat itu menyembah berhala. Namun, kaumnya justru menolak risalah yang dibawa oleh Nabi Ibrahim As dan mengingkari ayat-ayat Allah yang diturunkan kepadanya. Akhirnya Nabi Ibrahim membuat sebuah siasat untuk membuktikan kebenaran kepada kaumnya. Suatu saat, ketika penduduk babilonia tengah tidak berada di kota, Nabi Ibrahim pun dengan yakin dan berani menghancurkan patung sesembahan mereka dan Nabi Ibrahim dengan kercerdasan yang Allah karuniakan, ia kalungkan kampak di leher berhala yang paling besar. Ketika penduduk babilonia pulang, mereka langsung mengetahui bahwa tuhan mereka telah hancur dengan sebuah kampak yang tergantung di leher berhala paling besar.

Segera saja Nabi Ibrahim dituduh sebagai tersangka dan Raja Namrudz memerintahkan Nabi Ibrahim as untuk dibawa kehadapannya. Ketika ditanya Nabi Ibrahim balik bertanya "mengapa kalian menyalahkan saya, padahal kampak tersebut berada di berhala yang paling besar. Apa buktinya saya yang melakukannya?" Sebenarnya kaumnya saat itu mulai berfikir, mana mungkin sebuah berhala dapat melakukan hal itu. Namun, karena hati yang terselimuti kesyirikan terhadap agama nenek moyang, akhirnya raja Namrudz memerintahkan agar Nabi Ibrahim As dibakar hidup-hidup. Nabi Ibrahim as tidak ragu, Ia diikat dan menunjukkan rasa tenang karena Ia yakin bahwa Allah akan menolongnya. Pasukan istana mulai menyusun kayu di bawah nabi Ibrahim untuk dijadikan bahan pembakar. Saat api mulai dinyalakan, dengan keimanan yang kuat terpatri dalam qalbu, ia tidak bergeming dan mundur sedikitpun, hingga saat api mulai akan membakarnya, Allah swt berfirman “Hai api, menjadilah engkau dingin dan keselamatan bagi Ibrahim”. Seketika api yang menyala-nyala itu menjadi dingin dan Nabi Ibrahim pun selamat karena iman dan tawakkalnya kepada Allah swt. Begitulah cara Allah swt menolong hamba Nya yang bersungguh-sungguh dalam menegakkan kebaikan.

Selain dari kisah keteguhan nabi Ibrahim dalam menyebarkan kebaikan, Allah swt pun menunjukkan sebuah hikmah luar biasa di dalam kisah sahabat mulia Abu Hurairah Radhiyallahu Anhu. Abu Hurairah adalah seorang dari Bani Daus bin ‘Adtsan yang masuk islam karena seruan dari At Thufail bin Amr Ad Dausi. Setelah keislamannya, Abu Hurairah memutuskan menggunakan seluruh waktunya untuk mengikuti perjalanan dakwah Rasulullah Salallahu ‘alaihi Wasallam dan sahabat-sahabat lain. Namun Abu Huraira tertinggal jauh dalam menghafal.

Ia pun mengeluh bahwa ingatannya lemah dan tertinggal dari sahabat-sahabatnya yang lain. Keluhan Abu Hurairah pun akhirnya sampai di telinga Rasulullah. Kemudian ketika Abu Hurairah berhadapan dengan Rasulullah, Abu Hurairah berdoa: “Allahumma inni as’aluka ilman laa yusa” yang berarti, Ya Allah aku meminta kepadamu ilmu yang tidak lupa dariku. Doa ini diaminkan oleh Rasulullah dan akhirnya hanya dalam kurun waktu 3 tahun Abu Hurairah menjadi periwayat hadits terbanyak yaitu 5374 Hadits dimana jumlah ini mengalahkan hafalan hadits sahabat-sahabat yang lebih dulu bersama Rasulullah.

Dua kisah tersebut mengajarkan kepada kita untuk percaya dengan apa yang kita kerjakan selama itu baik dan benar. Nabi Ibrahim as mencontohkan sikap tenang dan tawakkal meskipun Ia dibakar, karna ia tahu bahwa tentunya Api neraka akan lebih panas dari apa yang akan ia rasakan. Kemudian Abu Hurairah dengan perjuangannya, semangatnya, kesungguhannya untuk mempelajari Islam memotivasi kita bahwa dalam menimba ilmu bukan alasan seseorang memiliki kecerdasan yang kurang baik, namun jadikanlah keterbatasan itu menjadi semangat yang menggelora, dengan niat yang kuat dan tulus dan diiringi dengan tawakkal kepada Allah Subhana Wata’ala, Insyaallah Allah akan melancarkan dan memudahkan.

Dua kisah tersebut juga patut diterapkan dalam dikehidupan kita sehari-hari dan diyakini bahwa sesungguhnya tiada peristiwa terjadi selain dari kehendak-Nya, tiada kekuatan yang dimiliki tiap makhluk selain kekuatan dari-Nya, dan tiada keberhasilan juga kemenangan selain Ia yang memberikan keberhasilan dan kemenangan itu, Ia lah Zat yang Maha berkehendak (Muridun).
“Laa hawla wala quwwata illa billah”.

Sumber:
http://www.masuk-islam.com/kisah-nabi-ibrahim-as.html
https://almanhaj.or.id/3095-abu-hurairah-radhiyallahu-anhu-pribadi-yang-mengagumkan.html
Share on Google Plus

0 komentar: