THE POWER OF LOVE
Life to Love People and With Love We Can Live

Slider[Style1]

Pendaftaran Beasiswa Sudan 2017


Assalamualaikum.
Telah dibuka pendaftaran beasiswa S1 di International University of Africa, Sudan.

Beasiswa meliputi:
Biaya Pendidikan selama masa pendidikan.

Beasiswa tidak meliputi:
1. Tiket PP Jakarta - Khartoum
2. Biaya pembuatan visa.
3. Biaya Hidup selama menempuh pendidikan di Sudan
4. Biaya daftar ulang setiap semester
5. Biaya izin tinggal tahunan.

Persyaratan Umum:
1. Sehat jasmani dan Rohani
2. Berakhlaqul karimah
3. Mampu berbahasa arab aktif dan pasif
4. Memiliki hafalan minimal 2 juz (30&29)
4. Tidak sedang menerima beasiswa lain
5. Siap membayar biaya administrasi pendaftaran.
6. Siap membayar biaya administrasi lainnya setelah dinyatakan lolos seleksi berkas.

Persyaratan Pendaftaran:
1. Pas foto terbaru.
2. Akta kelahiran beserta terjemahan resmi dan tersumpah berbahasa arab.
3. Scan ijazah asli dan transkrip nilaj dengan usia ijazah maksimal 2 tahun sejak tahun dikeluarkannya atau keluaran tahun 2015 beserta terjemahan resmi dan tersumpah berbahasa arab.
4. Surat keterangan/rekomendasi dari pesantren masing-masing berbahasa Arab.
5. Surat keterangan sehat dari rumah sakit terdekat (bebas hepatitis, aids dan TBC).
6. Surat keterangan catatan kriminal (SKCK) terbaru beserta terjemahan resmi dan tersumpah berbahasa arab.
7. Scan passpor yang masih berlaku sekurang-kurangnya 1 tahun.
8. Surat persetujuan Orangtua/wali.
9. Menandatangani surat pernyataan diatas materai 6000..
10. membayar uang pendaftaran sebesar Rp 500.000
11. Semua berkas dikirimkan ke email sudanppi@gmail.com selambat-lambatnya 23 Februari 2017

Fakultas yang tersedia:
1. Fakuktas Adab (Sastra)
2. Fakultas Dirosat Islamiyyah (Studi Islam)
3. Fakultas Syariah Wal Qanun (Hukum Islam)
4. Fakuktas Tarbiyah (Pendidikan)
5. Fakultas Lughoh Al Arabiyyah (Bahasa Arab)

Jadwal pendaftaran
1. Penyerahan berkas : 9-23 Februari 2017
2. Seleksi berkas : 23 Februari - 30 Mei 2017
3. Pengumuman kelulusan : 1 Juni 2017

Informasi lebih lanjut, Hubungi narahubung berikut:
Muhammad Ruhiyat Haririe +249964715184
Atau sudanppi@gmail.com



Kekuatan Orang Mukmin

Ia pemuda biasa. Lahir dari keluarga miskin lagi pengungsi. Ia bermimpi untuk melawan kezhaliman yang mengoyak wajah bumi para Nabi, tanah kelahirannya, sejak pertengahan abad lalu. Suatu hari masih dalam sengatan mimpinya, ia bersama teman-temannya membuat sebuah acara kemah ketangkasan di pantai Gaza. Dan dari sanalah kisah menakjubkan itu dimulai.

Di akhir acara mereka berlomba, mereka saling adu ketahanan. Siapa bisa melakukan head-stand, berdiri dengan kepala dalam jangka waktu terlama, dialah sang pemenang. Sang pemenang berhak digendong bergantian selama perjalanan pulang.

Tiap menit, satu demi satu peserta menyerah. Lalu tinggallah dia sendiri, pemuda itu. Dia masih terus bertumpu di atas kepalanya bahkan sampai beberapa jam kemudian! Gila! Teman-temannya berseru-seru. Tapi tak beranjak. Wajahnya dicobakan untuk tetap tersenyum. Hingga pada satu titik waktu, ia tak tahan lagi. Serasa ada yang meledak di kepalanya. Lalu ia jatuh. Sayangnya saat mencoba bangkit, ia limbung. Ia jatuh lagi. Dan kakinya sulit digerakkan, bahkan serasa tak mampu menahan berat tubuhnya. Hari itu, usianya baru enam belas tahun.

Ia lumpuh di usia remajanya. Tapi mimpinya tak ikut lumpuh. Mimpi itu tetap menyala. Bahkan kian berkobar. Dengan kelumpuhannya ia memilih untuk menjadi guru agama Islam di sebuah sekolah dasar. Dan karena mimpi-mimpinya yang menjulang, murid-muridnya tersengat. Konon, tiap kali ia mengajarkan sesuatu, murid-muridnya bak "terhipnotis". Mereka begitu bersemangat mengamalkan apa yang dikatakannya.

Suatu hari disinggungnya tentang shalat malam. Maka paginya para wali murid memprotes pihak sekolah karena anak-anak mereka jadi begadang semalaman menantikan sepertiga malam terakhir untuk shalat. Suatu hari, disinggungnya pula tentang puasa sunnah. Maka para orang tua kelabakan karena hari-hari berikutnya anak-anak mereka yang masih kecil memboikot sarapan pagi dan makan siang untuk berpuasa. Padahal musim panas begitu dahsyat dengan siang panjang bermandikan matahari.

Duhai kekuatan apakah itu, yang ada pada guru lumpuh itu? Itulah kekuatan jiwa. Begitu kokohnya ia hingga jasad yang rapuh itu bagaikan matahari, bersinar meledakkan. Bertahun-tahun dia dipenjara Israel, sampai manusia pun bertanya apa bahayanya orang tua yang lumpuh penyakitan ini? Dokter-dokter di penjara Israel hampir-hampir menganggapnya laboratorium hidup, karena hari tak berganti tanpa bertambahnya jenis penyakit di tubuh sang singa yang berkursi roda.

Inilah lelaki yang ditakuti Israel. Bukan yang seperti Rambo. Bukan hanya badannya sekekar Ade Rai. Hanya seorang lelaki lumpuh berkursi roda yang bicara pun terbata-bata. Suaranya juga kecil hampir kehabisan bunyi. Tapi kekuatan jiwa itulah, jiwa yang dipenuhi mimpi, keyakinan pada janji ilahi, membuatnya begitu perkasa, begitu berwibawa di hadapan jutaan pasukan bersenjata lengkap berkendara lapis baja. Perkenalkan, namanya Ahmad Yasin rahimahullah.

Apa rahasianya?

Wallahu a’lam..jawaban ringan yang bisa kita berikan adalah karena syaikh amat dekat dengan Allah Ta’ala, sehingga kata-katanya bak suara panglima pasukan di hadapan jutaan segenap pasukannya; didengarkan, berwibawa dan penuh kharisma.

Lantas apa sarana agar kita dekat dengan Allah?

Jawabannya adalah membaca, merenungi, mengkaji surat cinta-Nya, yaitu Al-Qur’an.  “Kalian” kata Khabbab bin Art radhiyallahu anhu, seorang shahabat, “tak kan pernah mendekat kepada Allah dengan sesuatu yang lebih Dia cintai daripada kalam-Nya.” Inilah rahasia itu.

Ada satu kisah menarik yang diceritakan oleh seorang rekan perihal Ahmad Yasin ini rahimahullah. Rekan kita ini menceritakan bahwa Ustadz Fahim beserta rombongan (sekitar 4 orang) pernah berkunjung ke Palestina, dan kebetulan bertemu dengan menantu syaikh Ahmad Yasin. Maka ustadz Fahim beserta rombongannya ini diminta untuk berkenan berkunjung ke rumah mertuanya. Setibanya di rumah, dan berbincang-bincang sejenak, si ustadz dan rombongan diajak melihat sebuah kamar yang sederhana. Menantu syaikh Ahmad Yasin kemudian bertanya, ‘Tahukah kalian kamar siapakah ini?’ Rombongan itu serempak menjawab, ‘Tidak.’ ‘Ini adalah kamar mertua saya, Ahmad Yasin.’ Katanya. Kemudian ia melanjutkan, ‘Lihatlah Al-Qur’an yang ada di meja itu. Ahmad Yasin membaca Al-Qur’an sebanyak 3 JUZ setiap harinya.’

Tidak ada seorang pun yang mendengar kesaksian itu kecuali tertakjub kepada syaikh Ahmad Yasin. Karena untuk berpindah dari satu lembarnya, syaikh Ahmad Yasin harus menggunakan mulutnya untuk membaliknya; sungguh, sebuah tamparan keras bagi kita semua.

Ini mungkin rahasia kenapa seorang Ahmad Yasin menjadi orang yang paling ditakuti musuh-musuh Islam. Kekuatan itu adalah kekuatan jiwa yang ada di dalam hatinya, dan itulah kekuatan yang sebenarnya dalam diri orang Mukmin.

Ibnul Jauzi dalam bukunya, Shifatus Shafwah, dengan sangat baik hati menyebutkan, kata Syumait bin Ajlan yang menjadi bukti bahwa sejatinya kekuatan orang mukmin ada di hatinya, bukan pada anggota badannya.

يَقُوْلُ: إِنَّ اللهَ عَزَّ وَجَلَّ جَعَلَ قُوَّةَ الْمُؤْمِنِ فِيْ قَلْبِهِ وَلَمْ يَجْعَلْهَا فِيْ أَعْضَائِهِ، أَلَا تَرَوْنَ أَنَّ الشَّيْخَ يَكُوْنُ ضَعِيْفًا يَصُوْمُ الْهَوَاجِرَ وَيَقُوْمُ اللَّيْلَ وَالشَّابُّ يَعْجِزُ عَنْ ذَلِكَ.

Syumaith berkata, “Sesungguhnya Allah Azza wa Jalla menjadikan kekuatan orang mukmin ada pada hatinya, tidak pada anggota badannya. Tidakkah kalian melihat orang tua yang lemah, dia mampu berpuasa di siang hari dan shalat di malam hari sedangkan pemuda tidak bisa melakukannya.”
(Shifatus Shafwah : III/341).

Ibnu Taimiyyah rahimahullah juga pernah berkata,

ما رأيت شيئا يغذي العقل والروح ويحفظ الجسم ويضمن السعادة أكثر من إدامة النظر في كتاب الله تعالى -----ابن تيمية

“Aku tidak melihat sesuatu yang bisa memberikan nutrisi kepada akal dan ruh, menjaga jasad dan menjamin kebahagiaan melebihi memperbanyak mengkaji Al-Qur’an.”

Sumber : Jalan Cinta para Pejuang, Shifatus Shafwah dan cerita seorang kawan.

Jangan Ragu Dengan Kebaikan

Sesungguhnya, salahsatu tujuan utama Allah swt dalam penciptaan manusia ialah menjadi 'abd dan menjadi khalifah. Menjadi seorang 'abd, hamba yang senantiasa taat dan patuh pada syari'at Nya, dan menjadi khalifah yang menjaga syi'ar-syi'arnya dan menjaga manusia agar tetap dalam koridor fitrahnya. Namun, sebagai makhluk hidup, pastinya setiap manusia akan mengalami berbagai dinamika kehidupan. Diantaranya adalah menemukan rasa ragu dan takut. Yang menjadi masalah, rasa ragu dan takut ini kerap muncul ketika kita ingin memulai atau melakukan suatu kebaikan namun masih sendiri atau ingin mencoba hal-hal baru agar diri kita belajar namun gengsi dengan kemampuan sendiri. Masalah ragu-ragu, Allah swt memerintahkan kita untuk meninggalkannya. Tapi jelas Allah pun memerintahkan kita untuk menyebarkan benih-benih kebaikan. Pada hakikatnya rasa takut dan keragu-raguan dalam mengerjakan kebaikan muncul dari syaithan yang Allah firmankan dalam surat Al Araf ayat 16 yang artinya "Iblis menjawab: "Karena Engkau telah menghukum saya tersesat, saya benar-benar akan (menghalang-halangi) mereka dari jalan Engkau yang lurus."

Namun, Allah swt memberikan berbagai contoh nyata kepada kita sekalian bagaimana orang-orang mulia sebelum kita Allah kurniakan keteguhan iman karena kesungguhan mereka dalam menegakkan kebaikan. Diantara orang-orang mulia yang Allah berikan nikmat tersebut adalah abul anbiya Nabi Ibrahim As dan sahabat mulia Abu Hurairah Ra.

Bermula ketika Nabi Ibrahim Alaihi Salam mendapat wahyu yang mengakhiri pencariannya terhadap Tuhannya, Allah swt memberikan wahyu yang menguatkan keimanannya pada keesaan Allah swt. Namun, perjalanannya dalam mencari kebenaran justru memasuki babak baru, ia diuji dengan tugas baru, menjadi seorang dai untuk menyebarkan risalah yang Allah turunkan kepada kaumnya yang pada saat itu menyembah berhala. Namun, kaumnya justru menolak risalah yang dibawa oleh Nabi Ibrahim As dan mengingkari ayat-ayat Allah yang diturunkan kepadanya. Akhirnya Nabi Ibrahim membuat sebuah siasat untuk membuktikan kebenaran kepada kaumnya. Suatu saat, ketika penduduk babilonia tengah tidak berada di kota, Nabi Ibrahim pun dengan yakin dan berani menghancurkan patung sesembahan mereka dan Nabi Ibrahim dengan kercerdasan yang Allah karuniakan, ia kalungkan kampak di leher berhala yang paling besar. Ketika penduduk babilonia pulang, mereka langsung mengetahui bahwa tuhan mereka telah hancur dengan sebuah kampak yang tergantung di leher berhala paling besar.

Segera saja Nabi Ibrahim dituduh sebagai tersangka dan Raja Namrudz memerintahkan Nabi Ibrahim as untuk dibawa kehadapannya. Ketika ditanya Nabi Ibrahim balik bertanya "mengapa kalian menyalahkan saya, padahal kampak tersebut berada di berhala yang paling besar. Apa buktinya saya yang melakukannya?" Sebenarnya kaumnya saat itu mulai berfikir, mana mungkin sebuah berhala dapat melakukan hal itu. Namun, karena hati yang terselimuti kesyirikan terhadap agama nenek moyang, akhirnya raja Namrudz memerintahkan agar Nabi Ibrahim As dibakar hidup-hidup. Nabi Ibrahim as tidak ragu, Ia diikat dan menunjukkan rasa tenang karena Ia yakin bahwa Allah akan menolongnya. Pasukan istana mulai menyusun kayu di bawah nabi Ibrahim untuk dijadikan bahan pembakar. Saat api mulai dinyalakan, dengan keimanan yang kuat terpatri dalam qalbu, ia tidak bergeming dan mundur sedikitpun, hingga saat api mulai akan membakarnya, Allah swt berfirman “Hai api, menjadilah engkau dingin dan keselamatan bagi Ibrahim”. Seketika api yang menyala-nyala itu menjadi dingin dan Nabi Ibrahim pun selamat karena iman dan tawakkalnya kepada Allah swt. Begitulah cara Allah swt menolong hamba Nya yang bersungguh-sungguh dalam menegakkan kebaikan.

Selain dari kisah keteguhan nabi Ibrahim dalam menyebarkan kebaikan, Allah swt pun menunjukkan sebuah hikmah luar biasa di dalam kisah sahabat mulia Abu Hurairah Radhiyallahu Anhu. Abu Hurairah adalah seorang dari Bani Daus bin ‘Adtsan yang masuk islam karena seruan dari At Thufail bin Amr Ad Dausi. Setelah keislamannya, Abu Hurairah memutuskan menggunakan seluruh waktunya untuk mengikuti perjalanan dakwah Rasulullah Salallahu ‘alaihi Wasallam dan sahabat-sahabat lain. Namun Abu Huraira tertinggal jauh dalam menghafal.

Ia pun mengeluh bahwa ingatannya lemah dan tertinggal dari sahabat-sahabatnya yang lain. Keluhan Abu Hurairah pun akhirnya sampai di telinga Rasulullah. Kemudian ketika Abu Hurairah berhadapan dengan Rasulullah, Abu Hurairah berdoa: “Allahumma inni as’aluka ilman laa yusa” yang berarti, Ya Allah aku meminta kepadamu ilmu yang tidak lupa dariku. Doa ini diaminkan oleh Rasulullah dan akhirnya hanya dalam kurun waktu 3 tahun Abu Hurairah menjadi periwayat hadits terbanyak yaitu 5374 Hadits dimana jumlah ini mengalahkan hafalan hadits sahabat-sahabat yang lebih dulu bersama Rasulullah.

Dua kisah tersebut mengajarkan kepada kita untuk percaya dengan apa yang kita kerjakan selama itu baik dan benar. Nabi Ibrahim as mencontohkan sikap tenang dan tawakkal meskipun Ia dibakar, karna ia tahu bahwa tentunya Api neraka akan lebih panas dari apa yang akan ia rasakan. Kemudian Abu Hurairah dengan perjuangannya, semangatnya, kesungguhannya untuk mempelajari Islam memotivasi kita bahwa dalam menimba ilmu bukan alasan seseorang memiliki kecerdasan yang kurang baik, namun jadikanlah keterbatasan itu menjadi semangat yang menggelora, dengan niat yang kuat dan tulus dan diiringi dengan tawakkal kepada Allah Subhana Wata’ala, Insyaallah Allah akan melancarkan dan memudahkan.

Dua kisah tersebut juga patut diterapkan dalam dikehidupan kita sehari-hari dan diyakini bahwa sesungguhnya tiada peristiwa terjadi selain dari kehendak-Nya, tiada kekuatan yang dimiliki tiap makhluk selain kekuatan dari-Nya, dan tiada keberhasilan juga kemenangan selain Ia yang memberikan keberhasilan dan kemenangan itu, Ia lah Zat yang Maha berkehendak (Muridun).
“Laa hawla wala quwwata illa billah”.

Sumber:
http://www.masuk-islam.com/kisah-nabi-ibrahim-as.html
https://almanhaj.or.id/3095-abu-hurairah-radhiyallahu-anhu-pribadi-yang-mengagumkan.html

Informasi Beasiswa Timur Tengah 2016-2017

Tahun ini secara resmi Departemen Agama Republik Indonesia melampirkan pengumuman resmi terkait beasiswa S1 ke timur tengah (Sudan,Mesir, Maroko) untuk tahun ajaran 2016 - 2017. Pendaftaran secara resmi dibuka sejak tanggal 7 Mei 2016 - 13 Mei 2016. Adapun pendaftaran seluruhnya melalui pendaftaran online di website diktis.kemenag.go.id

Ujian akan dilaksanakan pada tanggal 19 Mei 2016 di 9 UIN yang ada di 9 kota berbeda. Diantaranya :
1. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2. UIN Sumatera Utara
3. UIN Sultan Syarif Kasim Riau
4. UIN Raden Fatah Palembang
5. UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
6. UIN Maulana Malik Ibrahim Malang
7. UIN Alauddin Makassar
8. IAIN Antasari Banjarmasin
9. UIN Arraniry Banda Aceh

Adapun materi - materi yang diujikan meliputi 2 aspek :
1. Ujian Tulis berbahasa arab (Bahasa Arab : Tata Bahasa, Insya;, dan memahami teks. Serta Pengetahuan Islam)
2. Ujian Lisan berbahasa arab (Percakapan Bahasa Arab, terjemah, pemahaman teks dan hafalan quran minimal 2 juz)

Hasil seleksi akan diumumkan pada tanggal 25 Mei 2016. Informasi lebih lanjut silahkan buka www.diktis.kemenag.go.id


Sabar Tiada Batasnya



Disetiap masa Allah ta’ala  memberikan ujian – demi ujian, mengajarkan kepada kita tentang kesabaran, tentang keteguhan memegang agama dan keimanan, keteguhan menghadapi segala tantangan dan gangguan yang bisa mengusik keimanan kita. Kesabaran menghadapi musibah demi musibah.

Kita seringkali mengatakan bahwa “kesabaran ada batasnya” Tapi sesungguhnya Kesabaran tidak batasnya, karena denganya Allah menguji hambanya. Memilih mana diantara kita yang lulus dan mana diantara kita yang ternyata harus mengulang ujian lagi. Ujian tidak saja berupa bencana demi bencana, karena ujian kadang berupa kepedihan yang tak terperi, kadang pula berupa gembira dan suka cita,. Kadang ujian berupa kemiskinan kadang pula berupa kekayaan dan banyaknya harta benda. Ujian juga berupa ketakutan, kelaparan, dll. sebagaimana firman Allah yang berbunyi…

وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ مِنَ الْخَوْفِ وَالْجُوعِ وَنَقْصٍ مِّنَ اْلأَمْوَالِ وَاْلأَنفُسِ وَالثَّمَرَاتِ وَبَشِّرِ الصَّابِرِينَ
"Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar." (Al-Baqarah: 155).

Bahkan kehidupan dan kematian yang datang silih berganti diantara manusia adalah ujian yang akan menunjukkan kepada kita, siapa diantara kita yang terbaik amal ibadahnya. Firman Allah subhanahu wata’ala  
الذي خلق الموتَ والحياةَ ليبوكم أيكم أحسن عملا...
(Allah) yang menciptakan kematian dan kehidupan, untuk menguji kamu, mana di antara kamu yang paling baik amalnya.

Kesabaran menurut para ulama

Disebutkan dalam kitab Riyadusshalihin bahwa Sabar itu meliputi tiga hal.

(1)   Pertama, sabar dalam ketaatan kepada Allah,
Sungguh jalan ketaatan, jalan akhirat itu indah, jalan akhirat itu membawa mashlahat bagi manusia di dunia dan akhirat mereka.

Sebut saja shalat, disamping ia menjadi kewajiban utama seorang yang beriman kepada Allah ia juga menjadi cara untuk memperoleh ketenangan hati bagi orang-orang yang menegakkannya, Orang-orang yang menegakkan shalat memperoleh fisik yang paripurna, melatih manusia untuk disiplin dan tepat waktu. Bahkan shalat mampu menjauhkan manusia dari perbuatan yang keji dan kotor.

Demikian dengan kewajiban yang lain, seperti puasa, zakat, haji, berjuang di jalan Alloh dan sebagainya. Tapi jalan yang indah itu bagi manusia seakan penuh duri dan tidak disukai hati. Maka disinilah dibutuhkan kesabaran, kalau tidak kita akan melakukannya dengan alakadarnya. Padahal kita harus berusaha untuk selalu antusias dalam beribadah kepada Allah.

(2)   Kedua, sabar dalam menjauhi larangan Allah
Allah ta’ala melarang perbuatan maksiat, perbuatan keji dan mungkar, karena disamping sebagai bentuk pembangkangan kepada Allah, perbuan itu merusak manusia, merusak akal sehatnya, merusak fisik dan merusak spiritualnya.

Tapi kadang jalan yang kotor itu bagi kita terasa indah, penuh mewangi dan membawa keuntungan. Kita harus bersabar untuk terus menjauhinya dan meninggalkannya. Kesabaran menjauhi larangan Allah berarti mengerahkan segenap kekuatan jiwa dengan ikhlas untuk tahan tidak tergoda melakukan larang Allah itu.

(3)   Ketiga, sabar dalam menerima musibah
Inilah kesabaran yang membutuhkan kekuatan ekstra untuk melakukannya. Pernah seorang perempuan di zaman Nabi, menangis tersedu-sedu di sebuah pemakaman. Ia merasa sakit ditinggal mati oleh seorang sangat dicintainya. Hingga Rasulullah menegurnya. Namun ternyata perempuan itu menolak Karena beratnya kesedihannya. Ketika diberi tahu bahwa yang menegur adalah Rasullah maka bergegasnya ia menuju ke rumah Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam dan meminta maaf. "Saya bersabar ya Rasulullah." kemudian Rasulullah menjawab,
الصبر عند الصدمة الأولى
Sabar itu letaknya di awal musibah

Kenapa demikian ? karena ujian hati berupa kesabaran itu datangnya di awal kejadian, selanjutnya kita dituntut untuk berupaya yang keras untuk menyelesaikan ujian itu. Jadi bukan apatis, atau pasrah tanpa berbuat apa-apa.

Sungguh ujian yang diberikan Allah untuk disikapi dengan positif…

Ketika kita diuji dengan kekayaan, maka semoga kekayaan itu dapat menjadi bekal kita menuju Allah. Ketika kita diuji dengan kemiskinan, semoga kemiskinan itu menjadikan kita selalu optimis menjemput rizkiNya dengan keras dan antusias. Bukan meminta-minta atau berusaha dengan cara yang haram dan menghalalkan segala cara.

Ketika kita diuji dengan musibah, kita ambil hikmah dan mencari langkah dan cara apa yang seharusnya kita lakukan untuk menghadapinya… sebagaimana firman Allah subhanahu wata’ala

الَّذِينَ إِذَآ أَصَابَتْهُم مُّصِيبَةٌ قَالُوا إِنَّا للهِ وَإِنَّآ إِلَيْهِ رَاجِعُونَ
"(Yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan, 'Inna lillahi wa inna ilaihi raji'un'."(Al-Baqarah: 155 – 156).
 Sesungguhnya kami milik Allah, dan kepadaNyalah kami kembali..
 
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِأَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمسْلِماَتِ مِنْ كُلِّ ذَنْبٍ فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.
 
Ada beberapa fadhilah yang Allah berikan kepada orang-orang yang mampu bersabar.
Pertama, Allah akan mengantarkannya orang-orang yang sabar menuju kepada keberuntungan dan kebahagiaan di dunia dan di akhirat. Firman Allah Subhanahu Wata'ala:

يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا اصْبِرُوا وَصَابِرُوا وَرَابِطُوا وَاتَّقُوا اللهَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ
"Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu dan tetaplah bersiap siaga (di perbatasan negerimu) dan bertakwalah kepada Allah supaya kamu beruntung." (Ali Imran: 200).
Allah subhanahu wata’ala memberikan keberuntungan kepada orang-orang yang sabar...

Kedua, Allah akan memberikan pahala orang-orang yang bersabar dan akan dilipatgandakan dengan hitungan yang tanpa batas. Firman Allah :
إِنَّمَا يُوَفَّى الصَّابِرُونَ أَجْرَهُم بِغَيْرِ حِسَابٍ
“Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala tanpa batas." (Az-Zumar: 10).

Luar biasa... hanya orang-orang yang bersabar yang akan memperoleh pahala dan ganjaran tak terhingga dari Alloh subhanahu wata’ala

Ketiga, Allah memberikan kejayaan dan kepemimpinan sebagai buah atas kesabaran kita dan keyakinan kita yang tinggi terhadap ayat-ayat Allah ta’ala. Firman Allah Subhanahu Wata'ala :

وَجَعَلْنَا مِنْهُمْ أَئِمَّةً يَهْدُونَ بِأَمْرِنَا لَمَّا صَبَرُوا وَكَانُوا بِئَايَاتِنَا يُوقِنُونَ
"Dan Kami jadikan di antara mereka itu pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk dengan perintah Kami ketika mereka sabar. Dan mereka meyakini ayat-ayat Kami." (As-Sajadah: 24).

Keempat, Allah member kekuatan dan kemenangan, Firman Allah Subhanahu Wata'ala :
وَأَطِيعُوا اللهَ وَرَسُولَهُ وَلاَتَنَازَعُوا فَتَفْشَلُوا وَتَذْهَبَ رِيحُكُمْ وَاصْبِرُوا إِنَّ اللهَ مَعَ الصَّابِرِينَ
"Dan taatlah kepada Allah dan Rasulnya dan janganlah kamu berbantah-bantahan, yang menyebabkan kamu menjadi gentar dan hilang kekuatanmu. Dan bersabarlah, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar." (Al-Anfal: 46).

Kelima, Sabar menjadi tameng dari musuh-musuh Allah dan musuhkeimanan
Firman Allah Subhanahu Wata'ala :

إِن تَمْسَسْكُمْ حَسَنَةُُ تَسُؤْهُمْ وَإِن تُصِبْكُمْ سَيِّئَةُُ يَفْرَحُوا بِهَا وَإِن تَصْبِرُوا وَتَتَّقُوا لاَ يَضُرُّكُمْ كَيْدُهُمْ شَيْئًا إِنَّ اللهَ بِمَا يَعْمَلُونَ مُحِيطُُ
"Jika kamu memperoleh kebaikan, niscaya mereka bersedih hati, tetapi jika kamu mendapat bencana, mereka bergembira karenanya. Jika kamu bersabar dan bertakwa, niscaya tipu daya mereka sedikit-pun tidak mendatangkan kemudharatan kepadamu. Sesungguhnya Allah mengetahui segala apa yang mereka kerjakan." (Ali Imran: 120).

Keenam, Diakhirat para malaikat di akhirat kelak kepada orang-orang yang bersabar,Allah swt berfirman :
سَلاَمٌ عَلَيْكُم بِمَا صَبَرْتُمْ فَنِعْمَ عُقْبَى الدَّارِ
"(Sambil mengucapkan), 'Salamun 'alaikum bima shabartum.'Keselamatan bagi kalian... Dengan kesabaran yang telah kalian lakukan.... Maka alangkah baiknya tempat kesudahan itu." (Ar-Ra'd: 23 – 24).

Dan yang terakhir... kesabaran kita mengantarkan kita menjadi golongan yang dicintai Allah,.... yang tidak lain balasannya adalah kehidupan bahagia di dunia dan keselamatan dan kebahagiaan di akhirat... Wallahu Alam bish shawab

Sang Penduduk Langit yang Berjalan Di atas Muka Bumi

Di Yaman, tinggalah seorang pemuda bernama Uwais Al Qarni yang berpenyakit sopak, tubuhnya belang-belang. Walaupun cacat, ia adalah pemuda yang soleh dan sangat berbakti kepadanya Ibunya. Ibunya adalah seorang wanita tua yang lumpuh. Uwais senantiasa merawat dan memenuhi semua permintaan Ibunya. Hanya satu permintaan yang sulit ia kabulkan.

"Anakku, mungkin Ibu tak lama lagi akan bersama dengan kamu, ikhtiarkan agar Ibu dapat mengerjakan haji," pinta Ibunya. Uwais tercenung, perjalanan ke Mekkah sangatlah jauh melewati padang pasir tandus yang panas. Orang-orang biasanya menggunakan unta dan membawa banyak perbekalan. Namun Uwais sangat miskin dan tak memiliki kendaraan.

Uwais terus berpikir mencari jalan keluar. Kemudian, dibelilah seeokar anak lembu, Kira-kira untuk apa anak lembu itu? Tidak mungkinkan pergi Haji naik lembu. Olala, ternyata Uwais membuatkan kandang di puncak bukit. Setiap pagi beliau bolak balik menggendong anak lembu itu naik turun bukit. "Uwais gila.. Uwais gila..." kata orang-orang. Yah, kelakuan Uwais memang sungguh aneh.

Tak pernah ada hari yang terlewatkan ia menggendong lembu naik turun bukit. Makin hari anak lembu itu makin besar, dan makin besar tenaga yang diperlukan Uwais. Tetapi karena latihan tiap hari, anak lembu yang membesar itu tak terasa lagi.

Setelah 8 bulan berlalu, sampailah musim Haji. Lembu Uwais telah mencapai 100 kg, begitu juga dengan otot Uwais yang makin membesar. Ia menjadi kuat mengangkat barang. Tahulah sekarang orang-orang apa maksud Uwais menggendong lembu setiap hari. Ternyata ia latihan untuk menggendong Ibunya.

Uwais menggendong ibunya berjalan kaki dari Yaman ke Mekkah! Subhanallah, alangkah besar cinta Uwais pada ibunya. Ia rela menempuh perjalanan jauh dan sulit, demi memenuhi keinginan ibunya.

Uwais berjalan tegap menggendong ibunya tawaf di Ka'bah. Ibunya terharu dan bercucuran air mata telah melihat Baitullah. Di hadapan Ka'bah, ibu dan anak itu berdoa. "Ya Allah, ampuni semua dosa ibu," kata Uwais. "Bagaimana dengan dosamu?" tanya ibunya heran. Uwais menjawab, "Dengan terampunnya dosa Ibu, maka Ibu akan masuk surga. Cukuplah ridho dari Ibu yang akan membawa aku ke surga."

Subhanallah, itulah keinganan Uwais yang tulus dan penuh cinta. Allah SWT pun memberikan karunianya, Uwais seketika itu juga disembuhkan dari penyakit sopaknya. Hanya tertinggal bulatan putih ditengkuknya. Tahukah kalian apa hikmah dari bulatan disisakan di tengkuk? itulah tanda untuk Umar bin Khattab dan Ali bin Abi Thalib, dua sahabat utama Rasulullah SAW untuk mengenali Uwais.

Beliau berdua sengaja mencari Uwais di sekitar Ka'bah karena Rasullah SAW berpesan "Di zaman kamu nanti akan lahir seorang manusia yang doanya sangat makbul. Kamu berdua pergilah cari dia. Dia akan datang dari arah Yaman, dia dibesarkan di Yaman. Dia akan muncul di zaman kamu, carilah dia. Kalau berjumpa dengan dia minta tolong dia berdua untuk kamu berdua."

"Sesungguhnya Allah mengharamkan atas kamu, durhaka pada ibu dan menolak kewajiban, dan meminta yang bukan haknya, dan membunuh anak hidup-hidup, dan Allah, membenci padamu banyak bicara, dan banyak bertanya demikian pula memboroskan harta (menghamburkan kekayaan)." (HR. Bukhari dan Muslim)

CERITA KEHIDUPAN UWAIS AL QORNI

Pemuda bernama Uwais Al-Qarni. Ia tinggal dinegeri Yaman. Uwais adalah seorang yang terkenal fakir, hidupnya sangat miskin. Uwais Al-Qarni adalah seorang anak yatim. Bapaknya sudah lama meninggal dunia. Ia hidup bersama ibunya yang telah tua lagi lumpuh. Bahkan, mata ibunya telah buta. Kecuali ibunya, Uwais tidak lagi mempunyai sanak family sama sekali.

Dalam kehidupannya sehari-hari, Uwais Al-Qarni bekerja mencari nafkah dengan menggembalakan domba-domba orang pada waktu siang hari. Upah yang diterimanya cukup buat nafkahnya dengan ibunya. Bila ada kelebihan, terkadang ia pergunakan untuk membantu tetangganya yang hidup miskin dan serba kekurangan seperti dia dan ibunya. Demikianlah pekerjaan Uwais Al-Qarni setiap hari.

Uwais Al-Qarni terkenal sebagai seorang anak yang taat kepada ibunya dan juga taat beribadah. Uwais Al-Qarni seringkali melakukan puasa. Bila malam tiba, dia selalu berdoa, memohon petunjuk kepada Allah. Alangkah sedihnya hati Uwais Al-Qarni setiap melihat tetangganya yang baru datang dari Madinah. Mereka telah bertemu dengan Nabi Muhammad, sedang ia sendiri belum pernah berjumpa dengan Rasulullah. Berita tentang Perang Uhud yang menyebabkan Nabi Muhammad mendapat cedera dan giginya patah karena dilempari batu oleh musuh-musuhnya, telah juga didengar oleh Uwais Al-Qarni. Segera Uwais mengetok giginya dengan batu hingga patah. Hal ini dilakukannya sebagai ungkapan rasa cintanya kepada Nabi Muhammmad saw, sekalipun ia belum pernah bertemu dengan beliau. Hari demi hari berlalu, dan kerinduan Uwais untuk menemui Nabi saw semakin dalam. Hatinya selalu bertanya-tanya, kapankah ia dapat bertemu Nabi Muhammad saw dan memandang wajah beliau dari dekat? Ia rindu mendengar suara Nabi saw, kerinduan karena iman.

Tapi bukankah ia mempunyai seorang ibu yang telah tua renta dan buta, lagi pula lumpuh? Bagaimana mungkin ia tega meninggalkannya dalam keadaan yang demikian? Hatinya selalu gelisah. Siang dan malam pikirannya diliputi perasaan rindu memandang wajah nabi Muhammad saw.

Akhirnya, kerinduan kepada Nabi saw yang selama ini dipendamnya tak dapat ditahannya lagi. Pada suatu hari ia datang mendekati ibunya, mengeluarkan isi hatinyadan mohon ijin kepada ibunya agar ia diperkenankan pergi menemui Rasulullah di Madinah. Ibu Uwais Al-Qarni walaupun telah uzur, merasa terharu dengan ketika mendengar permohonan anaknya. Ia memaklumi perasaan Uwais Al-Qarni seraya berkata, “pergilah wahai Uwais, anakku! Temuilah Nabi di rumahnya. Dan bila telah berjumpa dengan Nabi, segeralah engkau kembali pulang.”

Betapa gembiranya hati Uwais Al-Qarni mendengar ucapan ibunya itu. Segera ia berkemas untuk berangkat. Namun, ia tak lupa menyiapkan keperluan ibunya yang akan ditinggalkannya, serta berpesan kepada tetangganya agar dapat menemani ibunya selama ia pergi. Sesudah berpamitan sembari mencium ibunya, berangkatlah Uwais Al-Qarni menuju Madinah.

Uwais Ai-Qarni Pergi ke Madinah

Setelah menempuh perjalanan jauh, akhirnya Uwais Al-Qarni sampai juga dikota madinah. Segera ia mencari rumah nabi Muhammad saw. Setelah ia menemukan rumah Nabi, diketuknya pintu rumah itu sambil mengucapkan salam, keluarlah seseorang seraya membalas salamnya. Segera saja Uwais Al-Qarni menanyakan Nabi saw yang ingin dijumpainya. Namun ternyata Nabi tidak berada dirumahnya, beliau sedang berada di medan pertempuran. Uwais Al-Qarni hanya dapat bertemu dengan Siti Aisyah ra, istri Nabi saw. Betapa kecewanya hati Uwais. Dari jauh ia datang untuk berjumpa langsung dengan Nabi saw, tetapi Nabi saw tidak dapat dijumpainya.

Dalam hati Uwais Al-Qarni bergolak perasaan ingin menunggu kedatangan Nabi saw dari medan perang. Tapi kapankah Nabi pulang? Sedangkan masih terngiang di telinganya pesan ibunya yang sudah tua dan sakit-sakitan itu, agar ia cepat pulang ke Yaman, “engkau harus lekas pulang”.

Akhirnya, karena ketaatannya kepada ibunya, pesan ibunya mengalahkan suara hati dan kemauannya untuk menunggu dan berjumpa dengan Nabi saw. Karena hal itu tidak mungkin, Uwais Al-Qarni dengan terpaksa pamit kepada Siti Aisyah ra untuk segera pulang kembali ke Yaman, dia hanya menitipkan salamnya untuk Nabi saw. Setelah itu, Uwais Al-Qarni pun segera berangkat mengayunkan langkahnya dengan perasaan amat haru.

Peperangan telah usai dan Nabi saw pulang menuju Madinah. Sesampainya di rumah, Nabi saw menanyakan kepada Siti Aisyah ra tentang orang yang mencarinya. Nabi mengatakan bahwa Uwais Al-Qarni anak yang taat kepada ibunya, adalah penghuni langit. Mendengar perkataan Nabi saw, Siti Aisyah ra dan para sahabat tertegun. Menurut keterangan Siti Aisyah ra, memang benar ada yang mencari Nabi saw dan segera pulang kembali ke Yaman, karena ibunya sudah tua dan sakit-sakitan sehingga ia tidak dapat meninggalkan ibunya terlalu lama. Nabi Muhammad saw melanjutkan keterangannya tentang Uwais Al-Qarni, penghuni langit itu, kepada para sahabatnya., “Kalau kalian ingin berjumpa dengan dia, perhatikanlah ia mempunyai tanda putih ditengah talapak tangannya.”

Sesudah itu Nabi saw memandang kepada Ali ra dan Umar ra seraya berkata, “suatu ketika apabila kalian bertemu dengan dia, mintalah doa dan istighfarnya, dia adalah penghuni langit, bukan orang bumi.”

Waktu terus berganti, dan Nabi saw kemudian wafat. Kekhalifahan Abu Bakar pun telah digantikan pula oleh Umar bin Khatab. Suatu ketika, khalifah Umar teringat akan sabda Nabi saw tentang Uwais Al-Qarni, penghuni langit. Beliau segera mengingatkan kembali sabda Nabi saw itu kepada sahabat Ali bin Abi Thalib ra. Sejak saat itu setiap ada kafilah yang datang dari Yaman, Khalifah Umar ra dan Ali ra selalu menanyakan tentang Uwais Al Qarni, si fakir yang tak punya apa-apa itu, yang kerjanya hanya menggembalakan domba dan unta setiap hari? Mengapa khalifah Umar ra dan sahabat Nabi, Ali ra, selalu menanyakan dia?

Rombongan kalifah dari Yaman menuju Syam silih berganti, membawa barang dagangan mereka. Suatu ketika, Uwais Al-Qarni turut bersama mereka. Rombongan kalifah itu pun tiba di kota Madinah. Melihat ada rombongan kalifah yang baru datang dari Yaman, segera khalifah Umar ra dan Ali ra mendatangi mereka dan menanyakan apakah Uwais Al-Qarni turut bersama mereka. Rombongan kafilah itu mengatakan bahwa Uwais Al-Qarni ada bersama mereka, dia sedang menjaga unta-unta mereka di perbatasan kota. Mendengar jawaban itu, khalifah Umar ra dan Ali ra segera pergi menjumpai Uwais Al-Qarni.

Sesampainya di kemah tempat Uwais berada, khalifah Umar ra dan Ali ra memberi salam. Tapi rupanya Uwais sedang shalat. Setelah mengakhiri shalatnya dengan salam, Uwais menjawab salam khalifah Umar ra dan Ali ra sambil mendekati kedua sahabat Nabi saw ini dan mengulurkan tangannya untuk bersalaman. Sewaktu berjabatan, Khalifah Umar ra dengan segera membalikkan tangan Uwais, untuk membuktikan kebenaran tanda putih yang berada di telapak tangan Uwais, seperti yang pernah dikatakan oleh Nabi saw. Memang benar! Tampaklah tanda putih di telapak tangan Uwais Al-Qarni.

Wajah Uwais Al-Qarni tampak bercahaya. Benarlah seperti sabda Nabi saw bahwa dia itu adalah penghuni langit. Khalifah Umar ra dan Ali ra menanyakan namanya, dan dijawab, “Abdullah.” Mendengar jawaban Uwais, mereka tertawa dan mengatakan, “Kami juga Abdullah, yakni hamba Allah. Tapi siapakah namamu yang sebenarnya?” Uwais kemudian berkata, “Nama saya Uwais Al-Qarni”.

Dalam pembicaraan mereka, diketahuilah bahwa ibu Uwais Al-Qarni telah meninggal dunia. Itulah sebabnya, ia baru dapat turut bersama rombongan kafilah dagang saat itu. Akhirnya, Khalifah Umar dan Ali ra memohon agar Uwais membacakan do'a dan istighfar untuk mereka. Uwais enggan dan dia berkata kepada Khalifah, “saya lah yang harus meminta do'a pada kalian.”

Mendengar perkataan Uwais, khalifah berkata, “Kami datang kesini untuk mohon doa dan istighfar dari anda.” Seperti yang dikatakan Rasulullah sebelum wafatnya. Karena desakan kedua sahabat ini, Uwais Al-Qarni akhirnya mengangkat tangan, berdoa dan membacakan istighfar. Setelah itu Khalifah Umar ra berjanji untuk menyumbangkan uang negara dari Baitul Mal kepada Uwais untuk jaminan hidupnya. Segera saja Uwais menampik dengan berkata, “Hamba mohon supaya hari ini saja hamba diketahui orang. Untuk hari-hari selanjutnya, biarlah hamba yang fakir ini tidak diketahui orang lagi.”

Fenomena Ketika Uwais Al-Qarni Wafat

Beberapa tahun kemudian, Uwais Al-Qarni berpulang ke rahmatullah. Anehnya, pada saat dia akan dimandikan, tiba-tiba sudah banyak orang yang berebutan untuk memandikannya. Dan ketika dibawa ke tempat pembaringan untuk dikafani, di sana pun sudah ada orang-orang yang menunggu untuk mengkafaninya. Demikian pula ketika orang pergi hendak menggali kuburannya, disana ternyata sudah ada orang-orang yang menggali kuburnya hingga selesai. Ketika usungan dibawa menuju ke pekuburan, luar biasa banyaknya orang yang berebutan untuk mengusungnya.

Meninggalnya Uwais Al-Qarni telah menggemparkan masyarakat kota Yaman. Banyak terjadi hal-hal yang amat mengherankan. Sedemikian banyaknya orang yang tak kenal berdatangan untuk mengurus jenazah dan pemakamannya, padahal Uwais Al-Qarni adalah seorang fakir yang tidak dihiraukan orang. Sejak ia dimandikan sampai ketika jenazahnya hendak diturunkan ke dalam kubur, disitu selalu ada orang-orang yang telah siap melaksanakannya terlebih dahulu.

Penduduk kota Yaman tercengang. Mereka saling bertanya-tanya, “siapakah sebenarnya engkau wahai Uwais Al-Qarni? bukankah Uwais yang kita kenal, hanyalah seorang fakir, yang tak memiliki apa-apa, yang kerjanya sehari-hari hanyalah sebagai penggembala domba dan unta? Tapi, ketika hari wafatmu, engkau menggemparkan penduduk Yaman dengan hadirnya manusia-manusia asing yang tidak pernah kami kenal. Mereka datang dalam jumlah sedemikian banyaknya. Agaknya mereka adalah para malaikat yang diturunkan ke bumi, hanya untuk mengurus jenazah dan pemakamanmu.”

Berita meninggalnya Uwais Al-Qarni dan keanehan-keanehan yang terjadi ketika wafatnya telah tersebar ke mana-mana. Baru saat itulah penduduk Yaman mengetahuinya, siapa sebenarnya Uwais Al-Qarni. Selama ini tidak ada orang yang mengetahui siapa sebenarnya Uwais Al-Qarni disebabkan permintaan Uwais Al-Qarni sendiri kepada Khalifah Umar ra dan Ali ra, agar merahasiakan tentang dia. Barulah di hari wafatnya mereka mendengar sebagaimana yang telah disabdakan oleh Nabi saw, bahwa Uwais Al-Qarni adalah penghuni langit.

Sumber: "Cerita ini diambil dari buku '20 Kisah Sahabat dan Thabiin' terbitan Qibla karangan Ummuthoriq el khanzo."