Seorang Anak Gunung Turun Ke Hutan
Inilah realita yang ku alami. Di sebuah pedalaman hutan cinangka, 8.5 KM dari pantai Anyer membuat sekolah ini serasa seperti peradaban di tengah hutan belantara. Hawa yang sejuk selalu menemani kehidupanku di sekolah ini. dengan ketinggian yang lebih dari 300 m Dpl menyebabkan aku bisa melihat lautan luas dan gunung anak krakatau dari sekolahku.
Namun sayang seribu sayang, sekolah ini tak sebaik nasib Boarding School lainnya. Pembiaan secara mandiri sejak tahun 2003 menjadikan sekolah ini agak sulit dalam membangun. Sebagai contoh kantor sekretariat yayasan yang baru, sudah hampir 1 tahun tak kunjung selesai. Banyak orang berspekulasi bahwa "itu modelnya di ganti", "itu uangnya kurang", "itu tanahnya kurang rata", dan lain sebagainya. Namun itu sebagai bukti nyata bahwa sekolah ini memang sedang tahap belajar untuk mandiri dengan tidak bergantung pada pendanaan dari manapun kecuali PAY (Pendapatan Asli Yayasan) dan DPP (Dana Pembangunan Pesantren).
2011 merupakan tahun bersejarah bagi diriku, aku mulai memasuki kehidupan baru di sebuah hutan belantara. turun dari gunung tepatnya kota Subang dan sekarang harus melanjutkan kehidupan di sebuah hutan menjadikan diriku agak sedikit gugup dan canggung dengan lingkungan yang baru ini. cukup waktu 1 pekan aku dapat beradaptasi dengan lingkunganku sendiri. Aku langsung memiliki banyak teman bahkan aku berani mengatakan bahwa kelak aku akan mejadi ketua OSIS disini.
Hari demi hari kulalui dengan berat di kelas sepuluh. Matematika ku yang selalu remedial, fisika yang selalu bertuliskan angka berwarna merah, biologi yang mulai ku benci, kimia yang membuatku mual-mual ku lalui semuanya hingga ku putuskan untuk masuk kelas IPS. Memasuki kelas 11 berarti memasuki babak baru di sekolah ini, aku memberanikan diri mencalonkan menjadi ketua OSIS sebagaimana janjiku dan mimpi ku dulu ketika pertama kali menginjakkan kaki di sekolah ini. Ternyata Allah menakdirkanku untuk membenahi sekolah ini dengan baik. Alhasil aku mendapat suara terbanyak dalam pemilihan ketua OSIS jauh meninggalkan calon lainnya.
Di kelas 10 akupun langsung dipercayai berbagai amanah. dari mulai TIm Kedisiplinan, Tahfidz bahkan aku dijadikan murobbi pada semester 2. Itu adalah suatu kehormatan bahwa ternyata guru-guru sangat menghargai diriku dan membutuhkanku disini. selain itu pada 1 bulan pertama aku disini, aku pun telah dipercaya untuk menjadi Khotib dan Imam dimasjid. sungguh luar biasa dan kesan yang tak akan terlupakan bagi diriku.
Menjadi ketua OSIS bukanlah perkara mudah, banyak beban yang harus dipikul. Terlebih ketika harus sering pergi keluar dan itu sangat menguras tenaga dan selalu di protes oleh guru-guru karena alasannya aku ketinggalan pelajaran nantinya. Namun sekali lagi mungkin karena otakku sudah bebal dengan matematika, jadinya pelajaran matematika itu sangat sulit untuk ku cerna dan ku fahami.
Yah itulah aku dan sekolah ku. ada suka dan duka. Prestasi dan kegagalan semuanya sudah kurasakan disini. Ketika mewakili Banten dan sekolahku dalam acara ISLC yang mempertemukan diriku dengan 100 Ketua OSIS terpilih lainnya se-Indonesia, serta ketika aku terpilih menjadi Ketua Dewan Parlemen Remaja Indonesia 2012 dan berkesempatan memimpin simulasi rapat sidang paripurna yang membahas UU Penanganan Fakir Miskin. Semua telah bercampur baur dan kurasakan dengan nikmat. Mudah-mudahan aku bisa mengerti lebih jauh apa arti hidup yang sebenarnya dari peradaban di tengah hutan ini.
About author: Dailami Al Baqir
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar: