“Kemerdekaan sejatinya bukanlah hanya terbebas dari penderitaan bersama, namun kemerdekaan yang sesungguhnya adalah ketika seseorang dapat menyelesaikan masalahnya dan dapat memberi solusi kepada orang lain”
(August Comte)
Indonesia adalah salah satu negara kepulauan terbesar yang ada di dunia dengan jumlah pulau yang mencapai 13.700. Terbentang dari sabang hingga merauke yang diapit oleh dua benua dan dua samudera menjadikan Indonesia sebagai pusat jalur perdagangan dunia di kawasan Asia dan Australia.
Soal sumber daya alam, tak usah ditanya lagi. Indonesia adalah salah satu negara suplier kayu, rempah-rempah dan emas terbesar di dunia dengan kualitas yang nomer wahid di dunia. Pantaslah jika pada tahun 1590 Belanda tertarik datang ke Indonesia untuk mengambil dan mencicipi hasil sumber daya alam Indonesia.
Tanpa terasa usaha manis para pemuda dan para pejuang yang berhasil membuat para penjajah angkat kaki dari negri zamrud katulistiwa ini dan berhasil membawa Indonesia memproklamasikan kemerdekaannnya pada 17 Agustus 1945 yang kini tanpa terasa sudah kita rasakan selama 67 tahun lamanya. Namun yang menjadi problem di Negara kita saat ini adalah, bahwasannya Negara kita setelah 67 tahun meraih hak independent-nya belum merdeka secara 100%. Menurut pakar sejarah Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Asvi Warman Adam (GlobalTv,17/08/12) persentase tingkat keberhasilan kemerdekaan suatu Negara dilihat dari beberapa aspek, diantaranya adalah kesejahteraan sosial, kelayakan hidup, moral masyarakat, tingkat pendidikan, kerukunan antar masyarakat dan efektifitas dalam pelaksanaan kegiatan Negara. Namun nyatanya pada hari ini semua masalah tersebutlah yang tengah melanda Indonesia.
Jika kita meninjau ulang pada berbagai teori yang digunakan oleh pemerintah kita dalam upaya memajukan Indonesia besar kemungkinan dalam beberapa tahun kedepan Indonesia akan berkembang menjadi macan Asia. Namun dibutuhkan sebuah problem solving yang dapat membantu memajukan Indonesia secara cepat dan praktis. Menurut pakar sosiologi Indonesia, Soerjono Soekanto dalam bukunya sosiologi sebagai pengantar bahwasannya sebuah wilayah, sebuah Negara, sebuah kelompok akan berkembang jika ditinjau dari 3 aspek, pertama sebuah Negara akan maju jika kesenjangan sosial diantara masyarakat sangatlah kecil. Kedua pemerintahan yang bersih dan adil sangat menentukan kemana arah bangsa ini maju. Ketiga adalah pelaksanaan dalam sistem sosial atau sering kita sebut penerapan di lapangan. Ketiga hal tersebut merupakan pilar-pilar majunya sebuah bangsa. Jikalau kesenjangan kecil, maka Negara tersebut akan tertib, rukun dan tidak ada konflik, jika pemerintah adil dan bersih maka seluruh program yang dirancang pemerintah adalah semata-mata untuk mengembangkan masyarakat dan keperluan masyarakat. Jikalau penerapan dilapangan baik dan teratur maka tidak menutup kemungkinan suatu bangsa akan maju secara cepat.
Disamping berbagai problematika tadi, masalah yang paling utama di Indonesia adalah masalah kesejahteraan sosial. Padahal dalam pancasila, sila kelima berbunyi “kesejahteraan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia”. Ataupun dalam pembukaan UUD 1945 alenia kedua yang berbunyi “dengan selamat sentosa mengantarkan rakyat Indonesia kedepan pintu gerbang kemerdekaan Indonesia yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur”. Namun yang sekarang membuat kita sedikit terheran-heran adalah semua hal tersebut dapat disebut pula hanyalah berupa cerpen belaka. Mengapa demikian ? karena dalam realisasinya tidak ada satupun yang mengacu pada dasar-dasar Negara tersebut yang seharusnya menjadi falsafah kehidupan berbangsa dan bernegara.
Kita lihat di tahun 2012 ini, sudah berapa kasus korupsi yang terjadi di Indonesia, darimulai pajak, hambalang, wisam atlet, al-quran, bahkan pembuatan KTP dan SIM pun terbawa korupsi. Sungguh bangsa yang ironis jika kita meninjau ulang pada dasar Negara kita sendiri. Selain kasus korupsi tadi KomNas Perlindungan Anak Indonesia mencatatkan bahwa terjadi kerusakan moral pada remaja Indonesia yang setiap tahun terjadi peningkatan. Ini dibuktikan dengan hasil survey mereka dengan sebuah kesimpulan bahwa 62,7 % remaja SMP pernah melakukan hubungan seksual diluar nikah alias sudah tidak perawan. 21,2 % remaja pernah melakukan aborsi. Ini menjadi sebuah cerminan bahwasannya bagaimana bobroknya moral para remaja di era modernisasi sekarang ini. Media teknologi telah menjadi momok dan racun bagi bangsa besar ini karena melalui media tersebutlah para remaja mengawali menyerap budaya luar yang seharusnya pemerintah melakukan scanning dan filterisasi dalam mengadopsi budaya luar sehingga akan adanya sebuah protect yang dilakukan pemerintah dalam upaya menjadikan remaja yang cerdas, bermoral dan berkepribadian baik.
Selain masalah moral remaja, masalah kualitas SDM yang minim pun menjadi sebuah problem yang berlarut-larut pada bangsa ini, khususnya di daerah provinsi Banten. Kualitas SDM yang minim ditunjukan dengan kualitas pendidikan yang minim juga. Menurut informasi yang dirilis oleh koran Tribun Jabar edisi 3 Agustus 2012 di Indonesia 60 % sekolah khususnya ruang kelas terjadi kerusakan, 25% diantaranya rusak berat. Jika kita konversikan menjadi jumlah ruang kelas yang sesungguhnya, maka ruang kelas yang rusak berat di Indonesia ini sekitar 153.800 ruang kelas. Di Banten sendiri kurang lebih ada 3000 ruang kelas yang rusak. Ini membuktikan bahwa perhatian pemerintah pada dunia pendidikan sangatlah minim. Dari RAPBN yang dirancang setiap tahun, pendidikan hanya mendapat 10 % setiap tahunnya, atau 2012 ini pendidikan hanya mendapat 129 Trilyun. Lain halnya dengan subsidi BBM yang mendapat 25 % atau sekitar 270 Trilyun. (www.bps.go.id)
Sebenarnya semua hal tersebut tak akan mampu dilaksanakan jika hanya pemerintah saja yang bergerak, maka perlu ada sebuah upaya dari masyarakat khususnya para remaja dalam membina kader-kader atau calon-calon pemimpin bangsa ini dimasa yang akan datang. Ir. Soekarno pernah mengatakan “berikan aku 1000 orang tua maka niscaya akan kucabut semeru dari akarnya, berikan aku 10 orang pemuda maka niscaya akan ku ubah dunia”. Kata-kata tersebut membuktikan bahwasannya bagaimana pentingnya peran pemuda dalam kemajuan bangsa. Salah satu upaya yang dilakukan dalam membina para remaja menuju arah yang baik adalah melalui organisasi kepemudaan atau kemasyarakatan.
Tak bisa dipungkiri lagi, saya adalah pemuda, begitu pula dengan anda semua. Tentunya sebagai seorang pemuda kita harus memiliki gagasan pokok serta langkah-langkah aksi yang akan dilakukan untuk memberikan sebuah solusi bagi bangsa ini, bagi kita semua juga yang menghuni bangsa ini.
Kesejahteraan Sosial
Masalah pertama yang harus kita selesaikan adalah masalah kesejahteraan sosial yang belum merata. Lalu apa yang harus kita lakukan sebagai seorang pemuda dalam menghadapi masalah ini ?
Perlu kita ketahui bersama bahwasannya problem kesejahteraan sosial ini menyangkut taraf hidup masyarakat. Taraf hidup masyarakat akan sangat berpengaruh pada dunia pendidikan Indonesia. Jika masyarakat hidup dalam keadaan dibawah standar maka akan sangat sulit rasanya mencapai sebuah tingkat pendidikan yang stabil, optimal dan berkualitas.
Ditahun 2011, pertumbuhan ekonomi Indonesia meningkat menjadi 6,7% yang asalnya pada 2004 hanya mencapai 4%. Angka penduduk miskin turun 5% menjadi 12 %. Hal ini dipengaruhi karena sedikitnya lapangan pekerjaan dan rata-rata lapangan pekerjaan hanya terbuka bagi SDM terdidik minimal diatan SLTA/SMA/sederajat. (www.bps.go.id)
Lalu langkah apa yang harus kita lakukan demi terselesaikannya permasalahan tersebut ? Pertama kita sebagai pemuda harus berupaya sejak sekarang menumbuhkan jiwa-jiwa enterpreuneur atau jiwa-jiwa wirausaha pada masyarakat. Contoh konkretnya adalah melalui berbagai penyuluhan, training bisnis secara gratis yang dilakukan oleh pemerintah ataupun organisasi pemuda daerah yang bekerja sama dengan berbagai lembaga kemasyarakatan serta pemerintah harus mampu memberikan pinjaman modal bagi masyarakat yang siap membuka UMK atau Usaha Mikro Kecil seperti home industri.
Kedua adalah menumbuhkan sikap kreatifitas pada masyarakat sehingga masyarakat dapat membuat banyak hal baru yang dapat menunjang kehidupan mereka. Sebagai pemuda, kita harus siap untuk melakukan upaya-upaya yang bertujuan memberdayakan masyarakat. Beberapa upaya yang dapat menunjang kreatifitas masyarakat adalah melalui berbagai kegiatan sosial, training atau pelatihan, penyebaran artikel pengetahuan seputar kreatifitas, dan lain sebagainya. Contoh konkretnya yang akan timbul adalah dengan perilaku konsumtif masyarakat, mereka harus mampu membuat sesuatu dari sepah-sepah konsumsi tersebut. Misalnya kita melakukan pelatihan membuat kertas daur ulang, membuat baju hasil daur ulang botol plastik sebagaimana yang kini tengah digunakan oleh tim-tim bola eropa maupun dunia. Setidaknya mereka dapat membuka home industri kerajinan dengan modal yang sedikit namun dapat memberikan keuntungan yang berlipat karena mereka mampu menyulap barang bekas menjadi kerajinan yang bernilai.
Ketiga adalah masalah kesehatan. Kita ketahui bersama bahwasannya tingkat kesehatan di Indonesia ini cukup rendah, hanya 70% warganya yang hidup dalam tingkat kesehatan yang layak (Sumber data : WHO 2008). Sungguh ironis, setidaknya setiap hari di Indonesia ada 15 orang meniggal akibat. Maka perlu bagi kita sebagai pemuda untuk memberikan solusi dalam mencegah hal ini yang jika dibiarkan akan terjadi secara berkala atau berkelanjutan. Salah satu upaya terkecil yang dapat kita sama-sama lakukan di lingkungan pemuda, khususnya sekolah adalah upaya pengoptimalan dan pendidikan DOKCIL (Dokter Kecil) atau UKS serta penyuluhan PHBS (Perilaku Hidup Bersih Sehat) di sekolah dan lingkungan rumah. Langkah konkretnya adalah melalui pembinaan DOKCIL dan penyuluhan PHBS yang mana sekolah ataupun instansi terkait bekerja sama dengan puskesmas atau instansi kesehatan setempat agar ketika kelak para pemuda hidup di lingkungan masyarakat mereka dapat membantu masyarakat dalam upaya peningkatan kesehatan ataupun dalam upaya pemberian Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (P3K).
******
Moral dan Kepribadian
Sebagaimana kita ketahui bersama serta data-data yang sudah saya paparkan diatas tadi bahwasannya salahsatu problem yang berkaitan dengan bobroknya moral bangsa ini adalah kebiasaan seks diluar nikah serta perilaku korupsi. Lalu apa yang harus kita lakukan dalam mencegah kejadian ini ?
Pertama adalah menanamkan pendidikan karakter baik di lingkungan sekolah maupun masyarakat. Ini dapat diawali dari lingkungan sekolah dengan di prakarsai atau di pelopori oleh Organisasi Siswa Intra Sekolah dengan melakukan penyuluhan tentang dampak negative perilaku-perilaku tersebut bagi dirinya serta bangsanya juga dengan mengadakan berbagai kegiatan yang dapat mengarahkan mereka pada kegiatan positif. Misalnya impian saya adalah semua sekolah sebelum kegiatan belajar mengajar dapat melakukan kajian kitab sucinya masing-masing sehingga para pemuda menyadari bahwa semua larangan-larangan dan perintah sudah diatur dalam kitab suci agamanya masing-masing atau dengan diadakannya event-event amal untuk membantu masyarakat.
Kedua adalah menanamkan sifat kejujuran. Ini dapat kita bersama lakukan dengan pembukaan kantin kejujuran di sekolah masing-masing atau koperasi kejujuran yang bertujuan melatih kejujuran dikalangan pemuda. Dengan harapan seluruh sector pendidikan di Indonesia dapat mencetak pemuda-pemuda yang memiliki sifat jujur sehingga ketika memimpin bangsa ini sifat kejujuran sudah melekat pada diri mereka.
Ketiga adalah pembinaan jiwa kepemimpinan. Menurut J.J. Rosseau sifat leadership atau jiwa kepemimpinan adalah hal yang mutlak keberadaannya pada diri manusia. Mengapa ? karena pada dasarnya manusia adalah makhluk sosial yang selalu memiliki kecenderungan untuk memimpin suatu kelompok. Hal yang dapat kita lakukan dalam membina para calon-calon pemimpin bangsa adalah melalui adanya organisasi kepemudaan. Dengan adanya berbagai organisasi kepemudaan seperti KAPMI, KAMMI, OSIS, dan sebagainya dapat melatih dan menyalurkan bakat-bakat serta jiwa-jiwa kepemimpinan yang dimiliki para pemuda. Sehingga ketika kelak mereka memimpin akan menjadi pemimpin yang adil, amanah, jujur dan komitmen.
******
Pendidikan
Perlu kita ketahui bersama bahwasannya rangking tingkat pendidikan di Indonesia memasuki pertengahan di dunia. Kualitas pendidikan Indonesia masih jauh berada dibawah Malaysia dan Singapura serta Israel. Ini dibuktikan dengan data terakhir yang dihimpun oleh PBB pada tahun 2008 bahwasannya di Indonesia dari 1.000.000 penduduk hanya melahirkan 45 tenaga ahli di berbagai bidang. Lain halnya dengan di Israel yang melahirkan 15.000 tenaga ahli dari 1.000.000 penduduknya. Ini membuktikan bahwasannya perlu ada upaya yang dapat mengubah pola fikir masyarakat tentang pentingnya pendidikan sehingga masyarakat akan lebih tergerak untuk meningkatkan kualitas diri melalui pendidikan.
Lalu apa yang harus saya dan anda lakukan sebagai seorang pemuda ? langkah termudah adalah dengan melakukan kegiatan sosial berupa bantuan bagi sekolah-sekolah yang kurang serta pemberian beasiswa pendidikan bagi pemuda kurang mampu namun berprestasi. Bagaimana caranya ? caranya adalah organisasi pemuda baik di lingkungan sekolah maupun di lingkungan masyarakat bekerjasama dengan lembaga sosial untuk melakukan kegiatan sosial bagi warga-warga kurang mampu.
Selain kegiatan sosial tadi, perlu adanya kesadaran pada diri para pemuda untuk melakukan pembinaan dengan membuka kelas-kelas gratis atau kelas-kelas murah di sekitar lingkungan masyarakat yang bertujuan untuk membina masyarakat dan meningkatkan kualitas pendidikan serta memberikan pemahaman pada masyarakat tentang pentingnya pendidikan.
*****
Kini saya dan anda pun sebagai pemuda seharusnya sadar bahwasannya OSIS, BEM dan organisasi pemuda lainnya adalah salah satu harapan masyarakat untuk mengatasi berbagai permasalahan Indonesia di era globalisasi ini dengan asumsi bahwasannya organisasi-organisasi pemuda tersebut adalah salahsatu media yang dapat mencetak para pemuda-pemuda bermoral yang dapat memperbaiki kembali kondisi masyarakat yang telah rusak selama ini.
“Tak ada yang tak bisa jika kita mau untuk berusaha”, rasanya perkataan B.J Habibie tersebut adalah sebuah kalimat yang seharusnya tertanam pada diri setiap orang untuk memajukan suatu bangsa atau suatu kelompok.
Hidup ini adalah pilihan, tinggal kita pilih mau hidup seperti apa. Apakah kita akan hidup seperti sampah yang terbuang, di buang dan dibiarkan begitu saja atau kita ingin hidup sebagai tanaman yang dari akar hingga daunnya bahkan daun keringnya pun bermanfaat bagi manusia dan bagi alam sekitar. Begitupula kita sebagai manusia, kita tinggal memilih saja, mau hidup menjadi seorang sutradara, pemeran, atau penonton. Jika kita menjadi sutradara maka kita yang akan mengatur semuanya, jika kita hanya sebagai pemain kita hanya sebagai pelaku saja, apa yang sudah tercatat dalam scenario ya kita lakukan, atau hanya sebagai penonton yang tinggal menikmati tontonan itu sendiri tanpa ada usaha dan upaya untuk melakukan perubahan.
Semoga dimasa yang akan datang para pemuda dan masyarakat akan lebih tergerak serta dapat merubah pemahamannya agar dapat membangun Indonesia kembali sebagai macan Asia bahkan macan dunia yang sewaktu-waktu dapat mengaum dan menerkam mangsanya sehingga akan lahir dari bangsa yang besar ini para ilmuan dan para pemimpin dunia yang dapat melakukan perubahan besar pada dunia ini.
0 komentar: