Pada cerita sebelumnya saya baru menceritakan perjalanan saya dari Washington D.C ke Sioux Falls. Pada penasaran kan bagaimana kondisi kota yang akan saya diami selama satu tahun ini ? Intip ceritanya disini. Pokoknya Sioux Falls itu sesuatu banget deh.
Setelah kurang lebih tidur selama 15 jam akibat terlalu lelah, akhirnya nyawa pun embali masuk ke dalam raga. Saya pun terbangun dan melaksanakan sholat Maghrib, Isya, Qiyamullail dan Tilawah sambil menunggu waktu masuk Shubuh. Selepas melaksaakan sholat Shubuh, saya membereskan semua barang-barang yang saya bawa dari Indonesia. Sekitar pukul 09.00 Am Mr. Jerry Rieck (Host Dad) mengetuk pintu kamar dan bermaksud mengajak keluar untuk sekedar jalan-jalan. Saya, host dad dan host mom berjalan-jalan keluar untuk mencari sesuatu, karena biasanya disini banyak orang-orang yang menjual barang-barang bekas yang masih bagus.
Setelah lama berjalan, saya diajak untuk mencicipi salah satu snack yang terkenal di Sioux Falls. Namanya adalah "Bagel." Bentuknya bulan seperti kue donat, tapi agak keras dan menggunakan selai seperti margarin karena umumnya Bagel itu rasanya tawar. Setelah membeli 2 kantong Bagel, kami kembali ke rumah untuk memakan bagel tersebut.
Keesokan harinya, aku diajak keluar ke taman, karena disini banyak sekali taman yang dapat digunakan masyarakat untuk berkumpul, bermain, membawa anjing dan lain sebagainya. Di samping setiap taman ada sungai dan juga ada Trail Way alias Jalan Sepeda untuk masyarakat berolahraga seperti lari atau bersepeda.
Setelah melihat taman, saya pun diajak pergi ke Falls Park. Falls Park merupakan salahsatu tempat wisata dimana disitulah letak air terjun yang menyebabkan kota ini bernama Sioux Falls. Sangat berbeda kondisi air terjun disini dengan di indonesia. Di Indonesia air terjun betul-betul alami dan indah karena berada di hutan atau pegunungan. Sedangkan disini air terjun berada di tengah kota dan sekelilingnya telah dibuat taman.
Di perjalanan, saya sempat terperangah ketika melihat hutan-hutan kota ternyata memiliki banyak sekali rusa. Pemerintah kota berusaha menjaga kelestarian Rusa di habitatnya karena rusa-rusa itu memang benar-benar alami berasal dari kota ini, bukan sengaja pemerintah memindahkan dari suatu daerah. Karena sangat jarang sekali wilayah hijau di Amerika, maka dari itu pemerintah melakukan penjagaan ketat terhadap ekosistem hayati agar makhluk-makhluk hidup yang ada di Amerika tidak punah begitu saja di telan waktu.
Sambil di perjalanan, kami pun melewati beberapa bangunan-bangunan penting di kota ini. Seperti diantaranya, Penjara yang besar dan tampak tua, katedral, dan perpustakaan yang memiliki jam seperti Big Ben di London. Saat melewati beberapa jalanan di kota ini terutama "Down Town" saya langsung teringat dengan bagaimana situasi kota Bandung dulu ketika saya masih kecil. Begitu sejuk, rindang, bersih, tidak ada kemacetan, tertib, dll. Dan saya dibawa kembali kepada ingatan itu dikala saya menginjakkan kaki di Sioux Falls karena kondisi kotanya yang tak terlalu berbeda. Sangat berat menerima ini karena terkadang saya langsung homesick dan ingin kembali ke rumah.
Selain berkeliling kota, sayapun berusaha mencari komunitas muslim terdekat agar saa bisa beribadah dengan nyaman dan juga mengetahui bagaimana kondisi muslim disini. Ketika menghampiri sebuah rumah kecil yang memiliki plang "Islamic Center of Sioux Falls" kondisinya betul-betul memprihatinkan. Masjid yang kecil, sederhana bahkan tidak boleh menggunakan speaker luar membuat saya semakin rindu dengan kumandang adzan.
Setelah lama berjalan, akhirnya kami kembali ke rumah dan beristirahat. Tubuh yang masih merasakan lelah dengan lamanya perjalanan dan juga setumpuk aktifitas di Washington D.C membuat saya sedikit pusing dan saya memilih untuk tidur.
Setelah kurang lebih tidur selama 15 jam akibat terlalu lelah, akhirnya nyawa pun embali masuk ke dalam raga. Saya pun terbangun dan melaksanakan sholat Maghrib, Isya, Qiyamullail dan Tilawah sambil menunggu waktu masuk Shubuh. Selepas melaksaakan sholat Shubuh, saya membereskan semua barang-barang yang saya bawa dari Indonesia. Sekitar pukul 09.00 Am Mr. Jerry Rieck (Host Dad) mengetuk pintu kamar dan bermaksud mengajak keluar untuk sekedar jalan-jalan. Saya, host dad dan host mom berjalan-jalan keluar untuk mencari sesuatu, karena biasanya disini banyak orang-orang yang menjual barang-barang bekas yang masih bagus.
Setelah lama berjalan, saya diajak untuk mencicipi salah satu snack yang terkenal di Sioux Falls. Namanya adalah "Bagel." Bentuknya bulan seperti kue donat, tapi agak keras dan menggunakan selai seperti margarin karena umumnya Bagel itu rasanya tawar. Setelah membeli 2 kantong Bagel, kami kembali ke rumah untuk memakan bagel tersebut.
Keesokan harinya, aku diajak keluar ke taman, karena disini banyak sekali taman yang dapat digunakan masyarakat untuk berkumpul, bermain, membawa anjing dan lain sebagainya. Di samping setiap taman ada sungai dan juga ada Trail Way alias Jalan Sepeda untuk masyarakat berolahraga seperti lari atau bersepeda.
Setelah melihat taman, saya pun diajak pergi ke Falls Park. Falls Park merupakan salahsatu tempat wisata dimana disitulah letak air terjun yang menyebabkan kota ini bernama Sioux Falls. Sangat berbeda kondisi air terjun disini dengan di indonesia. Di Indonesia air terjun betul-betul alami dan indah karena berada di hutan atau pegunungan. Sedangkan disini air terjun berada di tengah kota dan sekelilingnya telah dibuat taman.
Di perjalanan, saya sempat terperangah ketika melihat hutan-hutan kota ternyata memiliki banyak sekali rusa. Pemerintah kota berusaha menjaga kelestarian Rusa di habitatnya karena rusa-rusa itu memang benar-benar alami berasal dari kota ini, bukan sengaja pemerintah memindahkan dari suatu daerah. Karena sangat jarang sekali wilayah hijau di Amerika, maka dari itu pemerintah melakukan penjagaan ketat terhadap ekosistem hayati agar makhluk-makhluk hidup yang ada di Amerika tidak punah begitu saja di telan waktu.
Sambil di perjalanan, kami pun melewati beberapa bangunan-bangunan penting di kota ini. Seperti diantaranya, Penjara yang besar dan tampak tua, katedral, dan perpustakaan yang memiliki jam seperti Big Ben di London. Saat melewati beberapa jalanan di kota ini terutama "Down Town" saya langsung teringat dengan bagaimana situasi kota Bandung dulu ketika saya masih kecil. Begitu sejuk, rindang, bersih, tidak ada kemacetan, tertib, dll. Dan saya dibawa kembali kepada ingatan itu dikala saya menginjakkan kaki di Sioux Falls karena kondisi kotanya yang tak terlalu berbeda. Sangat berat menerima ini karena terkadang saya langsung homesick dan ingin kembali ke rumah.
Selain berkeliling kota, sayapun berusaha mencari komunitas muslim terdekat agar saa bisa beribadah dengan nyaman dan juga mengetahui bagaimana kondisi muslim disini. Ketika menghampiri sebuah rumah kecil yang memiliki plang "Islamic Center of Sioux Falls" kondisinya betul-betul memprihatinkan. Masjid yang kecil, sederhana bahkan tidak boleh menggunakan speaker luar membuat saya semakin rindu dengan kumandang adzan.
Setelah lama berjalan, akhirnya kami kembali ke rumah dan beristirahat. Tubuh yang masih merasakan lelah dengan lamanya perjalanan dan juga setumpuk aktifitas di Washington D.C membuat saya sedikit pusing dan saya memilih untuk tidur.
0 komentar: