THE POWER OF LOVE
Life to Love People and With Love We Can Live

Memaknai Idul Fitri sebagai momentum untuk memuhasabah diri

Disampaikan pada khutbah Jumat, 17 Juli 2015
Oleh : Muhammad Ruhiyat Haririe
Assalamualaikum wr wb
Alhamdulillah, setelah 1 bulan kita melaksanakan berbagai ritual ibadah, Allah pertemukan kita dengan Hari yg sangat membahagiakan ini. Walaupun Hari besar ini hanyalah 1 hari, namun mampu menyedot antusiasme masyarakat muslim dunia. Berapa banyak pihak yg diuntungkan dan dirugikan oleh hari lebaran ini ? Jasa angkutan umum, dept. Store, mall, supermarket, bengkel, pombensin, dll. Mereka semua diuntungkan dengan adanya lebaran ini. Tapi, yakinkah kita bahwa selama sebulan kemarin kita ibadah, semuanya diterima oleh Allah swt ? Jangan sampai ketika banyak pihak diuntungkan, justru kita malah merugi. Sebagaimana sabda Rasulullah "Banyak orang yg berpuasa, namun yg mereka dapatkan hanyalah haus dan lapar."
Fenomena yg terjadi dan kita lihat hari ini sesungguhnya adalah hal yg fana. Ied fitri bukan hanya sebuah momentum untuk bermaafan, bersuka cita, makan enak, pakaian serba baru, ataupun mudik ke kampung halaman demi bertemu keluarga belaka, melainkan jika kita melihat lebih dalam lagi, maka maknanya akan sangat2 urgent. Ied fitri sebagaimana asal katanya, ied yg berarti kembali dan fitri yg artinya fitrah. Pada hakikatnya seorang hamba setelah selesai dengan berbagai ritual ibadah di bulan ramadhan, seharusnya mampu kembali kepada keadaan fitri. Fitri disini bukan hanya fitrah seorang manusia, melainkan kebersihan hati serta kemurnia iman. Sebagaimana sabda Rasul "kullu mauludin yuladuhu alal fitrah. Setiap bayi yg lahir, lahir dalam keadaan suci." Jika kita mengacu pada pengertian ftri yg tadi, maka setiap bayi yg lahir itu lahir dalam keadaan bersih dari dosa dan memiliki iman yg murni. Bukankah kita dulu pernah bersaksi bahwa Allah lah rabb yg patut kita sembah ? Maka melalui idul fitri kita harus mampu menjadi seperti itu kembali. Karena memang sudah fitrah kita untuk menghamba dan mengesakan Allah swt. Banyak orang rela melakukan mudik, dll sebagainya. Mengeluarkan uang yg banyak, fikiran dan tenaga demi mencapai kampung halaman tercinta. Namun banyak dari mereka yg mengutamakan amalan yg mubah dan meninggalkan amalan yg sunnah dan fardhu. Terkadang inilah yg menjadikan seseorang mengakhiri ramadhan dalam keadaan suul khotimah. Bukan khusnul khotimah dalam ketaatan.
Selain daripada kembali kepada fitrah, makna idul fitri pun adalah kita harus mampu ya'udu ilallah. Kita harus mampu kembali kepada Allah. Maksudnya apa ? Allah mebgutus kita ke dunia dlm keadaan bersih, bagus, mulus, beriman. Maka tidaklah mungkin jika kita kembali kepada Allah dalam keadaan kotor, lecet, apalagi kufur. Kita ini ibaratnya adalah barang titipan. Ruh kita merupakan titipan dari Allah swt. Maka, tidak mungkin kita mengembalikan barang titipan ini kepada pemiliknya dalam keadaan rusak.
Shaum kita sejatinya menggugurkan dosa-dosa kota. Namun sekarang masalahnya, apakah shaum kita selama 1 bulan kemarin sudah menjadi shaum yg berkualitas sehingga dapat menghapuskan dosa2 kita ? Tentunya hanyalah Allah yg tahu apakah shaum kita diterima atau tidak. Jika benar shaum kita diterima, maka gugurlah semua dosa dalam diri kita, dan pada akhirnya ketika nanti Allah memanggil kita, Allah akan memanggil kita dengan penuh kasih sayang dan mesra "yaa ayyatuhannafsul muthmainnah. Irji'i ila rabbiki rhadhiyatamnardhiyyah. Fadkhuli fii ibadih. Wadkhuli jannati" hai hamba2ku yg berjiwa bersih dan suci. Kembalilah kamu kepada Tuhanmu dengan penuh keridhoan dan diridhoi. Masuklah dlam golongan hamba2ku yg taat beribadah. Dan masuklah kalian kedalam syurgaku. Inilah janji Allah swt bagi yg hatinya dan jiwanya sudah bersih, yang sudah mampu bukan hanya ied fitri, tapi juga ya'udu ilallah.
Selain itu, perlu diingat bahwa hakikat dari puasa ramadhan adalah menjadikan kita pribadi yg bertaqwa. Pada hari ini, para salafus shalih menangis kepada Allah memohon mempertemukan mereka dengan ramadhan berikutnya dan menjadikan setiap bulan adalah ramadhan. Ramadhan mendidik kita menjadi pribadi yg lebih baik. Salahsatu tanda diterimanya amalan seseorang adalah karena keikhlasannya dan keistiqomahannya. Di bulan ramadhan kita diwajibkan shaum, maka jangan sampai shaum kita hanya berakhir di akhir ramadhan. Tapi lanjutkanlah dengan shaum2 sunnah lainnya di bulan2 lain. Setiap malam di bulan ramadhan, kita melaksanakan tarawih dan witr sebagai bagian dari qiyamullail. Maka seharusnya di bulan2 lainnya kita sudah terbiasa untuk melaksanakan qiyamullail. Begitupun dengan tilawah, sedekah, dll. Jangan sampai semua kebaikan itu terputus hanya karena ramadhan telah berakhir, namun tetaplah istiqomah dalam melaksanakan apa yg sudah biasa kita lakukan. Pada akhirnyapun itu semua kembali kepada kita.
Mudah2an Allah swt menerima semua ibadah kita selama bulan ramadhan. Dan mempertemukan kita dengan ramadhan taun depan, serta membimbing kita agar mampu menjadikan setiap bulan adalah ramadhan bagi kita.
Amiin ya rabbal alamiin
Allahumma taqabbal minna, taqabbal amalana fii syahri ramadhan. Wa balighna ila syahri ramadhan aidhan fii sanati 'amam. Waja'alna minal aidzin wal faidzin wal afiyah.
Wassalamualaikum wr wb
*mudah2an bisa jadi bahan renungan kita bersama.
Share on Google Plus

0 komentar: