THE POWER OF LOVE
Life to Love People and With Love We Can Live

Memaknai Qurban dan Haji yang Sebenarnya

Akhir-akhir ini umat islam tengah disibukkan dengan berita mengenaik perayaan Idul Adha dan juga prosesi Ibadah Haji 1436 H. Setiap tahunnya lebih dari 2 juta orang dari seluruh dunia dari berbagai latar belakang, profesi dan niat pun berkumpul menjadi satu didalam balutan kain ihram yang putih di padang arafah. Berkumpulnya para jamaah haji di Arafah menandakan puncak dari rukun-rukun haji yang ada. Sebagaimana dalam hadits "الحج وقوف في عرفة" bahwasannya haji itu ialah wukuf di Arafah.

Selain ramainya prosesi ibadah haji yang menjadi penyempurna dari rukun islam serta impian setiap muslim yang ada, musim haji pun bertepatan dengan salahsatu hari raya umat islam sedunia yaitu Idul Adha. Idul Adha berasal dari kata "عيد" yang berarti kembali dan kata "الاضحية" yang berarti pengorbanan. Dengan kata lain idul adha merupakan sebuah refleksi dimana kita dapat kembali untuk mengorbankan segala yang kita punya hanya untuk Allah semata.

Sebagaimana kita ketahui bersama terkait sejarah idul Adha, bahwasannya Idul Adha dimulai saat Nabi Ibrahim As mendapatkan mimpi dari Allah swt untuk menyembelih Nabi Ismail As. Saat itu Nabi Ibrahim yang setelah lebih dari 40 tahun tidak dikaruniai putra, mendapatkan sebuah ujian dari Allah untuk menyembelih putra pertamanya sekaligus putra yang paling disayanginya yaitu Nabi Ismail As. Dengan ketaatan dan keteguhan imannya, nabi Ibrahim dan nabi Ismail As menerima apa yang sudah Allah suratkan kepada mereka. Namun, tentulah Allah tahu bahwa ujian yang Allah berikan tak akan mungkin melewati batasan dari kemampuan yang dimiliki oleh hambanya. Maka Allah ganti nabi Ismail dengan hewan sembelihan yang sama besarnya.

Ibadah qurban sejatinya bukan hanya kita berniat menyumbangkan hewan sembelihan. Namun lebih dari itu, ada kandungan nilai moral dan spiritual yang terkandung dalam ibadah qurban ini. Sebagai contoh jika pada idul fitri kita diwajibkan berzakat untuk menyantuni para fuqara dan masakin, maka pada saat qurban kita melakukan hal yang sama, namun proses, tata cara dan medianya saja yang berbeda.

Begitupula dengan aspek spiritual kita. Sebagaimana kita ketahui bahwa kata qurban berasla dari kata "قرب - يقرب - قربانا" yang artinya mendekat. Dengan kata lain, sudah menjadi kewajiban kita bahwasannya qurban merupakan sebuah media yang kita gunakan untuk semakin mendekatkan kita kepada Allah swt dan juga semakin menambah ketaatan kita kepada Allah. Jangan sampai kita berqurban setiap tahun, namun tidak ada hasil yang kita capai dari qurban tersebut.

Ikhwah fillah rahimakumullah

Haji pun tak ubahnya seperti Ibadah Qurban. Sungguh sangat disayangkan jika kita melihat bahwa saat ini saja untuk bisa berhaji di Indonesia harus menunggu hampir hingga 10 tahun. Jika hajintak berbekas, dan melakukan haji pun hanya untuk menambah gelar haji, lalu buat apa kita menunggu selama itu hanya untuk sebuah gelar. Begitupula dengan niat yang kebanyakan disalah artikan oleh masyarakat kita. Bahwasannya haji itu bukan hanya untuk melihat ka'bah dan wukuf di Arafah. Namun sebagaimana perkataan syaikh hasna basri "الحج هو الميل الى لقاء الله" adanya sebuah kerinduan untuk berjumpa dengan Allah swt. Banyak orang sampai di depan ka'bah berdoa "لبيك الله اللهم لبيك...." mereka mengatakan bahwa mereka datang kepada Allah swt, namun Allah menjawab "لا، انا لا لبيك" tidak, aku tidak menerima kehadiranmu. Mengapa bisa demikian, karena dalam hati kita belum ada kerinduan untuk bertemu dgn Allah swt. Bagaimana caranya agar bisa menumbuhkan kerinduan kita kepada Allah swt ? "وقاية القلب عن الذكر ما شوا الله" menghindarkan diri kita dari mengingati selain Allah swt.

Target haji bukan hanya menjadi haji yang mabrur, melainkan juga harus mampu menjadi haji yang makbul. Semuanya tidak akan tercapai jika tidak ada kesadaran dalam diri kita utk bertaubat kepada Allah swt. Haji dan semua prosesinya sejatinya merupakan sebuah proses yang berguna untuk menyadarkan diri kita. Saat wukuf di Arafah, sejak matahari tepat berada di atas, kita memulai wukuf, sejak saat itulah kita merenung sejenak atas apa yang pernah kita berbuat, atas apa yang Allah berikan dan ciptakan untuk kita. Hanya satu niat kita saat wukuf yaitu "الاهي انت مقصودي و رضاك مطلوبي اعطني محبتك و معرفتك"  ya Allah hanya engkaulah yang ku maksud, dan hanya keridhoanmu lah yang aku cari, maka bimbinglah aku untuk mencintai dan ma'rifat kepadamu. Tiada niat lainnya, hanyalah kesadaran untuk semakin mendekatkan diri kita kepada Allah swt.

Menurut Imam Al Ghazali dalam kitabnya ihya ulumuddiin, "الوقوف يدل على ثللثة، وقوف مكاني، زماني و قلبي" wukuf itu dibagi menjadi 3, wukuf makani yaitu wukuf yang diselenggarakan di tempat yang khusus sesuai ketentuan dari kerajaan saudi yaitu di padang arafah. Yang kedua wukuf zamani, yaitu wukuf pada waktu yang telah ditentukan yaitu pada tanggal 9 dzulhijjah. Kedua wukuf ini harus dilakukan sesuai ketentuan dari saudi dan harus dilaksanakan secara langsung oleh yang bersangkutan pada musim haji. Tapi wukuf yang ketiga ini yaitu wuquful qalbi bisa dilakukan dimana saja. Tidak hanya dilakukan pada saat berhaji, namun kita harus mampu mewukufkan hati kita untuk tunduk kepada Allah swt. Banyak orang wukuf secara jasadiyahnya berada di arafah pada hari wukuf yaitu 9 dzulhijjah, namun hatinya kosong dan tidak ikut wukuf kepada Allah swt. Maka sia-sialah semua ibadah hajinya. Lain halnya dengan orang secara jasadiyah tidak berada di arafah pada tgl 9 dzulhijjah, namun hatinya wukuf kepada Allah swt, maka sejatinya ia telah terhitung berhaji kepada Allah swt.

Ikhwah fillah

Setelah merenung dan tafakkur pada saat wukuf, maka kita akan memasuki tahap selanjutnya yaitu mabit di muzdalifah. Disitulah tahap dimana akan tumbuh kesadaran kita, buah dari perenungan dan tafakkur kita selama wukuf. Disitulah, dibawah langit berbalut bintang, kita mengikrarkan diri kita untuk kembali kepada Allah swt.

Disinilah sejatinya buah dari haji dan qurban yang sebenarnya. Yaitu semata-mata untuk memunculkan sebuah rasa dimana adanya kerinduan kita untuk berjumpa dengan Allah swt.

Share on Google Plus

0 komentar: